https://syairpengembaracinta.blogspot.com/Cari Blog Ini

Selasa, 11 Juni 2019

PAHIT SECANGKIR KOPI

PAHIT SECANGKIR KOPI
BY: KANG SUHANDA 

Berharap jelaga itu tak singgah
menutup pintu langit
meski awan berarak duduk melambai di punggung angin

Biarkan embun pagi bertahta di tubuh daun
agar beningnya membias warna
ketika sinaran mentari menerpa
pada keheningan yang menyatu

Rasaku pada nikmat secangkir kopi
meski pahit tereguk
tak terekspektasi oleh manisnya kepalsuan

Jakarta.10.2.2019

Sabtu, 08 Juni 2019

KAU MASIH KEKASIHKU

KAU MASIH KEKASIHKU
Oleh: Rhathu Zhahary

Kau masih kuanggap rindu
Meski ribuan waktu
Tak lagi ada temu
Setelah persimpangan
Memisah dahulu
Punggung kepergianmu
Kutatap sendu

Kau masih kekasihku
Walau suara terdengar sangat bisu
Dan banyangan kita menyisa abu
Memang kutak berharap rasa menyatu
Kita hanya tinggal jejak menjadi kenangan paling haru

Pekanbaru
16.01.2019

KETIKA NANTI

KETIKA NANTI
KARYA:DEN KELANA SENJA

Dan ketika nanti aku mulai terdiam dalam sepi
Jangan mengajakku bercengkrama tentang hati
Sungguh tiada tersisa untuk dimaknai
Mungkin badai tlah membawa ruhnya pergi bersama mimpi



Jua ketika nanti aku mulai membisu di antara sunyi
Usah memintaku bercerita tentang indah pelangi
Mungkin tiada tersisa untuk dimengerti
Karena terik tlah membakarnya bersama janji-janji

Dan ketika nanti
langkahku mulai beranjak dari jalan setapak ini,
Usah kau deraikan gerimis di pangkuan bumi
Tak ingin ku mendekap semi
Jika gugur harus kembali
Ikhlasku melepas mimpi
Tulusku tanggalkan hati
Untuk kau bawa
Ke lain pengembara yang mampu persembahkan cahaya
Agar kau simpan di tengah beranda rasa


Sukabumi, 08 Juni 2019

KEMBALI''

"KEMBALI''
(Chamar patah)
Aku pasti kembali....
Kekasihku
Kedalam Rahim-Mu
Menghiba Kasih-Mu
Seperti Malam merengek di Payudara shubuh
Menghitung Tasbih zikir.
Kekasihku...
Aku ingin Mabuk bersama-MU...
Melewati Masa ini....
Kembali--------
West sumatera.09.06.19

SEBUTIR EMBUN

SEBUTIR EMBUN

Saat cahaya pagi
berkaca di sebutir embun 
embun pecah tertusuk
menetes
membasah
pada kering ranting
dan kerontang daun 
lalu lesap dalam tatap
bias dalam harap

Jakarta, 8 Juni 2019
Keterangan foto tidak tersedia.

GENANG WAKTU

GENANG WAKTU

Hujan deras luruh
awan tersayat luka

dalam lirih tetesnya 
membias sunyi 
malam berkabut

Denting suara tetesmu 
merobek sepi 
tinggalkan genangmu 
di atas pelepah basah
kian melesap
sentuh rasa
dalam degup rindu terpisah

Kenang dalam genang waktu 
seribu angan terjelusi
menutup jejak
asa tak terpijaki

Jakarta, 8 Juni 2019

AKU YANG BERKABUT


AKU YANG BERKABUT
Rhathu Zhahary





Sering kebimbangan menegur langkah
Harapan bagai dua persimpangan
 Fana seakan mencengkram

Sedang awan menutupi segala
Bagai akhir menuju kesudahan
Di langit nadanada telah dimainkan

Gemuruh gelak tawa bintangbintang
Menohok dada menikam pikiran
Arah tak juga tampak memasti
Terenyak tanpa titik tujuan

Pada yang Satu
Doa menjadi genta dan riuh
Malammalam buta, beribu pertanyaan
Malu pada aku
Aku yang berkabut
Penuh debu


Pekanbaru
08 Mai 2019

Minggu, 26 Mei 2019

MEREKA MENJEMPUT JUJUR

MEREKA MENJEMPUT JUJUR
Oleh: Rhathu Zhahary

Dengarlah
Pilu di matanya
Bacalah guratan letih di wajahnya
Telah bersimbah pinta mereka elukan
Tetap terdengar suara sunyi
Menyayat dada


Gemuruh di langit
Kabut menyelimuti jalan jalan
Dentum tak mereka hirau
Mereka menjemput jujur
Kau sembahkan

Namun haru menggores masa
Akankah menjadi sejarah merah
Lagi dan lagi pinta menjadi igau sepi
dan menjadi gambar paling tirani
Waktu mulai menulis lagi
Tentang negri


Pekanbaru 22 Mai 2019

SEJARAH PILU

SEJARAH PILU
Oleh: Rhathu Zhahary
Mengapa menuli dengar
Sedang binggar di teriakkan
Dengarkan 


Mengapa suruhan kau kobarkan
Bubarlah

Dengarlah
Pilu di matanya

Bacalah guratan letih di wajahnya
Telah bersimbah pinta mereka elukan
Tetap terdengar suara sunyi
Menyayat dada

Gemuruh di langit
Kabut menyelimuti jalan jalan
Dentum tak mereka hirau
Mereka menjemput jujur
Kau sembahkan

Namun haru menggores masa
Kaki kaki telanjang mulai terluka
Hati lebih merah
Darah terpendam
Tumpah di mata
Harapan kelam jelaslah

Pekanbaru 22 Mai 2019
#SejarahPilu

ULURAN TANGAN KEKASIH

ULURAN TANGAN KEKASIH
Oleh: Rhathu Zhahary

Wahai jiwa sedang berjalan
Berjalanlah
Di sekitar bumi Tuhanmu
Dan kau lihat mereka
berenang didih air mata
Menggapai-gapai surga
Yang kau punya


Mereka melihat bintang
Lewat dinding kemiskinan
Ke mana kau letakkan pedulimu itu
Ketika mereka masih berselimut duka

Barisan bulan menjadi ramadan
Bulan terindah dari seluruh yang pergi
Saatnya kita senyum di bibirnya
Ramaikan sepi
Hantarkan mereka pada penantian panjangnya

Tentang sebuah harapan
Bergembira di hari yang fitri
Dan sisa seluruh hari
Hingga lipatlah
Emperan berkerumun tangan pinta
Jalanan mulai ramai tatapan asa

Berbagilah pada mereka yang papa
Sedikit dari gemerincing pundi
Yang memenuhi laci di petimu
Ada bagian mereka sedang tunggu

Mereka yatim
Mereka piatu
Sekumpulan miskin
Menunggu uluran tangan-tanganmu
Sebagai nilai persembahan
Perubahan puasa sebulan
Entaskan kemelaratan

Pekanbaru, 19 Mai 2019

Sabtu, 25 Mei 2019

SYAIRKU

SYAIRKU
By: Rhathu Zhahary

Syairku
Kemana kau pergi
Kian lama hilang membawa diksi
Aku mencari

Wajahmu tampak amat sirna

Di belasah rindu teramat lara
Mataku telaga kesedihan
Dan aku gigil di laut api
Puisiku

Lama kunanti aksara tiba
Elokku tulis bersama kala
Namun waktu tak henti bercerita
Tentang duka menumpuk rupa

Kelak kau kembali kemari
Bacalah rindu tercecer ini
Syair syairku telah mati
Tertimbun keruh air mata
Sebelum rasa ini pergi
Bergegaslah


Pekanbaru 2019

PAHIT SECANGKIR KOPI

PAHIT SECANGKIR KOPI BY: KANG SUHANDA  Berharap jelaga itu tak singgah menutup pintu langit meski awan berarak duduk melambai di ...